Tyrannosaurus rex
merupakan salah satu binatang karnivora terbesar sepanjang masa, memiliki panjang hingga 13.2 meter dan tinggi 4.9 meter, dengan tafsiran berat hingga tujuh ton. Seperti jenis tyrex lainnya, Tyrannosaurus adalah karnivora berkaki dua dengan kerangka raksasa diimbangi dengan ekor berat yang panjang.
Fosil Tyrex ditemukan di formasi bebatuan di Amerika Utara pada 68.5 hingga 65.5 juta tahun yang lalu. Merupakan satu di antara dinosaurus terakhir yang pernah ada. Lebih dari 30 spesimen Tyrex telah diidentifikasi, dan beberapa di antaranya hampir merupakan kerangka utuh.
Beberapa peneliti juga telah menemukan jaringan halus. Berlimpahnya material fosil membawa penelitian penting di berbagai aspek biologi binatang besar ini, termasuk sejarah hidup dan mekanisme hidupnya.
Quagga: Setengah Zebra, Setengah Kuda
Satu dari binatang punah Afrika yang paling terkenal, quangga merupakan jenis sub spesies zebra polos, yang pernah ditemukan dalam jumlah besar di provinsi tanjung Afrika Selatan dan bagian selatan Orange Free State.
Dibedakan dari zebra lainnya karena memiliki tanda hidup yang lazim di bagian depan tubuhnya. Di bagian tengah tubuh, garis-garisnya memudar dan corak berwarna gelap yang terdapat di tengah terlihat melebar diikuti bagian pinggang yang berwarna coklat. Namanya diambil dari sebuah kata Khokhoi untuk zebra dan dibuat berbeda, agar menyerupai panggilan quagga.
Quagga awalnya diklasifikasikan sebagai jenis spesies individu, Equus quagga, pada 1788. Lebih dari 50 tahun berikutnya, berbagai spesies zebra lain diungkap oleh para penyelidik alam dan penjelajah.
Karena perbedaan besar dalam corak kulit (tidak ada dua zebra yang serupa), sistem klasifikasi meninggalkan sejumlah besar spesies terurai yang belum digolongkan dan tidak ada jalan mudah untuk mengatakan mana yang merupakan spesies asli, mana yang merupakan sub spesies dan mana yang hanya varian alam.
Jauh sebelum ketidakjelasan ini terpecahkan, quagga telah diburu hingga punah untuk diambil dagingnya, kulitnya dan untuk dijinakkan. Quagga liar terakhir kemungkinan ditembak di akhir 1970-an dan spesimen terakhir yang dipelihara meninggal pada 12 Agustus 1883 di kebun binatang Artis Magistra di Amsterdam.
Dikarenakan ketidakjelasan besar antara spesies zebra yang berlainan, khususnya di antara spesies umum, quagga akhirnya punah sebelum diketahui bahwa ia nampaknya tergolong jenis spesies tersendiri. Quagga merupakan mahkluk punah kali pertama yang susunan DNA-nya telah dipelajari.
Penelitian genetika baru-baru ini di Institusi Smithsonian menunjukkan bahwa quagga sebenarnya sama sekali bukan jenis spesies tersendiri, namun dibedakan dari jenis zebra polos yang sangat berbeda.
Thylacine: Harimau Tasmania
Thylacine merupakan jenis binatang berkantung karnivora terbesar yang pernah dikenal di abad moderen.
Berasal dari Australia dan Papua Nugini, habitatnya diperkirakan punah di abad 20-an. Umumnya dikenal dengan nama Harimau Tasmania dikarenakan belang di bagian belakang tubuhnya. Merupakan anggota jenis Thylacinus terakhir, walaupun sejumlah spesies serupa ditemukan dalam dokumen sejarah fosil di awal zaman Miocene.
Di Australia sendiri, Thylacine punah sejak ribuan tahun lalu sebelum Eropa menetapkan kontinen tersebut, namun binatang ini masih bertahan hidup di pulau Tasmania, bersama dengan sejumlah spesies penghuni lain seperti Tasmanian Devil.
Perburuan intensif umumnya dijadikan alasan penyebab kepunahan Thylacine, namun faktor-faktor lain dapat berupa penyakit, pengenalan anjing dan pelanggaran batas manusia yang memasuki wilayah habitatnya. Meski secara resmi dinyatakan punah, penampakan adanya spesies ini masih banyak dilaporkan.
Sapi Laut Steller: Binatang Buas yang Pasrah
Dulunya ditemukan dekat wilayah asia tepi Laut Bering, ditemukan pada 1741 oleh penyelidik alam Georg Steller, yang sedang bepergian bersama rekannya, Vitus Bering. Sapi laut ini memiliki panjang hingga 7.9 meter dan berat mencapai 3 ton, jauh lebih besar dibanding manati atau dugong (ikan duyung). Bentuknya mirip anjing laut besar, namun memiliki dua lengan depan yang kokoh dan ekor mirip paus.
Steller mengatakan, “binatang ini tidak pernah muncul di tepi laut, namun selalu tinggal di dalam air. Kulitnya hitam dan tebal, seperti kulit kayu pohon ek. Kepalanya bila dibanding porsi tubuhnya tergolong kecil. Tidak memiliki gigi selain dua taring tajam – satu di atas dan satu di bawah.” Menurut Steller, binatang ini sepenuhnya jinak.
Fosil mengindikasikan bahwa Sapi Laut Steller dulunya tersebar di sepanjang pantai Pasifik Utara, menuju selatan hingga ke Jepang dan Kalifornia. Ditilik dari waktu di mana populasi terakhirnya hilang, kemungkinan datangnya manusia ke area ini menjadi penyebab punahnya spesies ini.
Masih terdapat berbagai laporan sporadis mengenai penampakan binatang mirip sapi laut dari area Bering dan Greenland, sehingga muncul anggapan bahwa populasi kecil spesies ini mungkin masih bertahan hingga saat ini. Sejauh ini masih belum terbukti.
Rusa Irlandia: Rusa Terbesar yang Pernah Hidup
Rusa besar Irlandia atau Rusa Raksasa, merupakan rusa terbesar yang pernah hidup, mendiami wilayah Eurasia (dari Irlandia ke timur Danau Baikal) pada akhir zaman Pleistocene dan awal Holocene. Sisa spesies terakhir diperkirakan hidup sekitar 5.700 sebelum masehi, atau sekitar 7.700 tahun lalu.
Rusa Raksasa terkenal karena ukurannya yang sangat besar (sekitar 2.1 meter tingginya hingga ke bahu) dan khususnya karena memiliki tanduk yang paling besar dibanding spesies rusa lain (bisa mencapai 3.65 meter tinggi maksimum dari ujung ke ujung dan berat mencapai 41 kg).
Diskusi mengenai penyebab kepunahan mereka masih difokuskan pada tanduk mereka (bukan pada ukuran tubuh keseluruhan). Beberapa menganggap perburuan manusia merupakan faktor pemicu kematian Rusa Besar Irlandia, karena dengan ukuran tanduknya yang sangat bersejarah sehingga membatasi pergerakan rusa jantan melintasi daerah hutan atau oleh sebagian orang menganggapnya sebagai “maladaptasi”.
Namun bukti perburuan berlebihan masih samar-samar dan sebagai spesies benua, binatang ini dapat berbaur dengan manusia di sepanjang keberadaannya dan rupanya manusia bisa beradaptasi dengan kehadiran mereka.
Harimau Caspian: Harimau Terbesa Ketiga
Harimau Caspian atau harimau Persia adalah sub spesies harimau di wilayah barat, ditemukan di Iran, Iraq, Afghanistan, Turki, Mongolia, Kazakhstan, Kaukasus, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan hingga akhirnya punah pada 1970-an. Dari seluruh harimau yang dikenal dunia, harimau Caspian berada di urutan ketiga terbesar.
Tubuh sub spesies ini cukup pendek gemuk dan ditopang dengan kaki yang kuat, kaki lebar serta cakar yang besar. Telinganya pendek dan kecil, di sekitar dagunya memiliki bulu yang panjang dan tebal. Warna kulitnya mirip dengan harimau Benggala. Harimau Caspian pejantan sangat besar dan memiliki berat 169-240 kg.
Betinanya tidak terlalu besar, dengan berat 85-135kg. Terkadang masih ada pernyataan yang mengatakan harimau Caspian masih sering terlihat.
Great Auk: Spesies Burung Auk Terbesar
Great Auk, juga dikenal dengan nama garefowl, atau penguin, merupakan satu-satunya spesies dalam kelompok Pinguinus. Burung auk raksasa dari Atlantik yang tidak dapat terbang ini punah belum lama ini.
Berdiri dengan tinggi 75 cm dan berat sekitar 5 kg, Great Auk merupakan spesies burung auk yang paling besar. Bulunya berwarna putih dan hitam mengkilap. Di masa lalu, Great Auk ditemukan dalam jumlah besar di kepulauan di sebelah timur Kanada, Greenland, Islandia, Norwegia, Irlandia dan Inggris, namun akhirnya diburu hingga punah.
Auroch: Sejenis Sapi besar
Auroch atau urus adalah salah satu binatang punah di Eropa yang paling terkenal, yang merupakan jenis sapi yang sangat besar. Auroch berkembang di India dua juta tahun yang lalu, bermigrasi ke Timur Tengah kemudian ke Asia, dan mencapai Eropa sekitar 250.000 tahun lalu.
Di abad ke-13 sesudah Masehi, auroch dibatasi penyebarannya ke Polandia, Lithuania, Moldavia, Transylvania dan East Prussia. Hak memburu binatang-binatang besar di lahan apapun diperbolehkan bagi kaum bangsawan dan keluarga kerajaan.
Seiring menurunnya populasi auroch, perburuan dihentikan, namun istana kerajaan masih membutuhkan pengawas binatang untuk menyediakan lahan terbuka untuk membiakkan auroch. Pengawas binatang dibebaskan dari pajak lokal sebagai ganti atas jasa mereka dan bebas dari undang-undang hukuman mati bagi siapapun yang menyantap daging auroch.
Menurut istana kerajaan, pada 1564, para pengawas binatang hanya mengetahui keberadaan 38 spesies ini. Auroch hidup yang tercatat terakhir kalinya, seekor betina, meninggal pada 1627 di Hutan Jaktorow, Polandia.
Kerangkanya kemudian diambil oleh pasukan Swedia dan sekarang menjadi milik Livrustkammaren di Stockholm.
Pada 1920, dua pengawas kebun binatang Jerman, kakak beradik Heinz dan Lutz Heck, berupaya membiakkan auroch untuk mengembalikan keberadaannya dari sapi domestik yang merupakan nenek moyang keturunannya.
Rencana mereka berdasarkan konsep bahwa suatu spesies tidak akan punah selagi gen-gen keturunan mereka masih ada dalam populasi kehidupan. Hasilnya adalah pembiakan yang dinamakan Heck Cattle atau “Heck Auroch,” yang menghasilkan sebuah kemiripan samar pada apa yang diketahui tentang fisiologi auroch liar.
Singa Gua: Salah Satu Singa Terbesar
Singa gua, juga dikenal dengan singa gua Eropa, merupakan jenis sub spesies singa punah yang dikenal dari fosil dan keanekaragaman seni prasejarah yang luas. Sub spesies ini merupakan satu dari singa terbesar.
Seekor pejantan dewasa, yang ditemukan pada 1985 dekat Siegsdorf (Jerman), memiliki tinggi sekitar 1.2 meter hingga ke bahu dan panjang 2.1 meter (tanpa ekor), ukuran yang hampir sama dengan ukuran singa moderen yang sangat besar. Sang pejantan bahkan melebihi ukuran spesimen lain dari sub spesies ini.
Sehingga kucing ini mungkin 5 – 10 persen lebih besar dari singa moderen. Singa ini nampaknya punah sekitar 10.000 tahun lalu, pada periode gletser Wurm, walaupun ada beberapa indikasi yang mengatakan spesies ini mungkin masih eksis hingga 2000 tahun lalu, di Balkan.
Dodo: Sebangsa Burung Dara
Dodo (Raphus cucullatus) merupakan sejenis burung darat yang tinggal di kepulauan Mauritius. Sebangsa dengan merpati dan burung dara, tinggi Dodo sekitar satu meter, hidup di pohon buah-buahan dan bersarang di tanah. Dodo sudah punah sejak pertengahan akhir abad ke-17.
Dodo biasanya digunakan sebagai pola dasar spesies punah dikarenakan kepunahannya terjadi sejak tercatatnya sejarah manusia dan aktivitas manusia yang secara langsung mengakibatkan punahnya spesies ini. (The Epoch Times Australia/val)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar