Minggu, 25 Agustus 2013

Afganistan dan AS Bicarakan Kembali Perjanjian Keamanan Bilateral

Taliban rencanakan serangan musim semi terhadap misi NATO di Afganistan, ISAF. | ShutterstockKOMPAS.com — Afganistan dan Amerika Serikat (AS) akhirnya bisa kembali lagi membicarakan perjanjian keamanan bilateral (BSA). "Ini adalah langkah maju kedua negara," kata Presiden Afganistan Hamid Karzai di Arg alias Istana Kepresidenan Afganistan di Kabul.

Sebagaimana warta AP pada Sabtu (24/8/2013), dua tokoh Afganistan menjadi wakil dalam negosiasi tersebut. Yang pertama Rangin Dadfar Spanta, Penasihat Keamanan Nasional Afganistan. Tokoh kedua adalah Dr Ashraf Ghani Ahmadzai. Sama seperti Spanta, Ahmadzai juga menjadi penasihat keamanan Afganistan.

Sebetulnya, perundingan terkait BSA dimulai di Kabul, November, setahun silam. Pada 19 Juni 2013, pembicaraan itu terhenti oleh kebijakan Afganistan. Kala itu, kelompok Taliban membuka kantor perwakilannya di Doha, Qatar. Kantor itu komplet dengan bendera Taliban dan nama Keemiratan Islam Afganistan. Gara-gara hal itulah, Pemerintah Afganistan menghentikan semua upaya dialog.

Selama masa penghentian itu, imbuh Hamid Karzai, pihaknya mencari opini publik soal BSA melalui majelis rendah Afganistan, Loya Jirga. Pihak wakil rakyat Afganistan tersebut kini tengah dalam proses membahas pokok-pokok pada BSA tersebut. "Kami berpendapat penandatanganan hasil negosiasi BSA tergantung pada keputusan di Loya Jirga," tutur Hamid Karzai.

Dalam negosiasi itu, AS meminta agar penandatanganan hasil negosiasi terwujud dengan tenggat Oktober tahun ini. "Sekali lagi, kami bersandar pada hasil pembahasan di Loya Jirga," kata Karzai memberi penekanan.

Poin kontroversial pada BSA adalah jaminan bagi AS untuk tetap berada di Afganistan pasca-penarikan seluruh pasukan asing di Negeri Para Mullah itu sampai dengan akhir 2014. Poin itu menjadi perdebatan yang belum tuntas bahkan di antara negara tetangga Afganistan, hingga kini.


View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar