Minggu, 25 Agustus 2013

Tujuh Pekerjaan Paling Ekstrem dalam Bidang Sains

astronot,mars,radiasiAstronot yang akan menjalankan misi ke Mars butuh teknologi yang lebih maju untuk melindungi dari radiasi dan mempercepat perjalanan sehingga paparan radiasi bisa dikurangi (NASA)

Terdapat banyak pekerjaan di dunia, tetapi sebagian orang memilih untuk mempertaruhkan keselamatan mereka demi sebuah pekerjaan. Berikut tujuh pekerjaan paling ekstrem dalam bidang sains yang dilansir Livescience.

Penyelam gua bawah air

Sebagai penyelam gua yang tersembunyi di bawah air, seseorang sudah pasti menghadapi berbagai kemungkinan yang mengerikan. Kecerobohan yang dilakukan pada saat penyelaman berpotensi menyebabkan longsor pada gua. Sedimen yang terjatuh dapat membuat penyelam terjebak di dalam gua dengan suplai oksigen yang semakin menipis.

Sejak tahun 1969 hingga 2007, tercatat 368 orang Amerika meninggal ketika melakukan penyelaman ke dalam gua. Meskipun penuh risiko, tetapi penyelaman ke dalam gua bawah air mampu mengungkap berbagai fakta baru mengenai iklim purba dan ekologi suatu pulau.

Pada tahun 2010, Kenny Broad, antropolog dari University of Miami, bersama tim penyelam di Bahama melakukan penyelaman ke dalam "lubang biru" untuk mengungkap sejarah iklim di wilayah tersebut. Lubang ini merupakan sinkholes berisi air yang akhirnya membentuk gua di bawah air.

Mereka berhasil mengungkap jika lubang biru sempat menjadi habitat bagi buaya dan kura-kura purba, tetapi binatang-binatang ini menghilang bertepatan dengan kedatangan manusia ke pulau tersebut.

Beberapa bulan setelah film tentang petualangan mereka ditayangkan, Wesley Skiles, salah satu fotografer proyek ini, meninggal saat menyelam pada sebuah karang di lepas pantai Florida.

"Saturation diver"

Ancaman bagi para penyelam ternyata tidak hanya berkaitan dengan suplai oksigen yang terbatas. Kandungan nitrogen di laut dalam yang terserap oleh tubuh ternyata dapat menimbulkan gangguan pada darah.

Penyelam yang terlalu lama berada di laut dalam dapat terserang the bends, yakni sebuah penyakit yang membuat darah menjadi berbusa.

Untuk menghindari penyakit tersebut, para penyelam hanya diperbolehkan menyelam selama beberapa jam. Jika waktu yang mereka miliki untuk menyelam ternyata tidak cukup untuk mendapatkan data di dasar laut, maka mereka harus mau tinggal dalam sebuah laboratorium di dalam laut.

Salah satu laboratorium bawah laut yang ada di dunia adalah Aquarius. Laboratorium ini terdapat di lepas pantai Florida. Aquarius memompa udara dari atas laut dan membawanya masuk untuk memungkinkan para penyelam mendapatkan "udara kering" di tempat tersebut.

Penyelam dapat tinggal di Aquarius selama dua minggu tanpa peralatan menyelam. Namun, baju menyelam dan oksigen harus digunakan kembali ketika mereka pergi keluar dari laboratorium untuk melanjutkan pencarian.

Meskipun laboratorium ini membantu para penyelam menghindari the bends, tetapi tetap saja hidup di rumah lebih nyaman daripada di Aquarius. "Hidup di Aquarius tidaklah romantis. Anda dapat dengan mudah mengalami infeksi pada kulit dan telinga. Tubuh Anda akan terasa lembab dan tidak pernah benar-benar mengering," ujar M Dale Stokes, seorang ahli kelautan di University of California, San Diego, Scripps Institution of Oceanography di La Jolla, California.

Pemerah bisa ular

Memerah bisa ular bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Para pemerah bisa sering kali berhadapan dengan ular-ular paling mematikan di dunia. Mereka tidak hanya harus mendapatkan bisa dalam jumlah yang banyak, tetapi juga harus mendapatkan banyak ular untuk mampu menghasilkan racun yang banyak.

Para pemerah bisa ular harus mampu menemukan ular dan mengeluarkan mereka dari sarangnya. Kemudian taring ular tersebut harus diarahkan ke dalam sebuah botol dengan tutup plastik. Agar produksi bisa yang didapatkan banyak, para pemerah juga harus memijat kelenjar racun pada tubuh ular.

Tidak jarang pemerah bisa mendapatkan gigitan saat melakukan tugasnya. Bahkan beberapa pemerah pernah digigit hingga lebih dari 24 kali.

Astronot

Astronot adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan manusia pada suatu lingkungan yang keras. Para astronot harus mengikuti serangkaian pelatihan yang berat, harus mampu menahan bombardir sinar ultraviolet, hingga harus menghadapi satu dari 100 risiko kematian dalam penerbangan.

Bahkan, risiko masih harus mereka alami ketika sudah berhasil tiba dengan selamat di Bumi. Tinggal di lingkungan dengan gravitasi rendah selama jangka waktu yang lama dapat menimbulkan atrofi (penyusutan) otot dan pelemahan tulang bagi para astronot.

Teknisi laboratorium

Salah satu pekerjaan paling berbahaya dalam sains justru sekaligus menjadi pekerjaan yang paling membosankan, yakni teknisi laboratorium.

Salah satu teknisi laboratorium yang berhasil selamat dari kecelakaan kerja di laboratorium adalah Jamile Jackson, seorang administrator sistem permainan pelatih otak milik perusahaan Lumosity. Saat itu Jackson tengah menyiapkan suatu demonstrasi sains untuk dipelajari oleh siswa SMA. Demonstrasi ini menggunakan tesla coil, sebuah sirkuit listrik yang mampu mengangkat benda.

Fatalnya, Jackson melakukan dua kesalahan dalam demonstrasi ini. Kesalahan pertama adalah ia tidak memberikan alas di bawah tesla coil. Sedangkan kesalahan kedua, ia tidak menggunakan sarung tangan karet ketika memegang kumparan sirkuit.

Beruntung, listrik tersebut bergerak dari lengan menuju bagian belakang kepalanya. Apabila listrik tersebut bergerak menuju jantung, sudah dipastikan Jackson tidak akan selamat.

Kasus yang lebih tragis dialami oleh Sheharbao Sanghi, mahasiswa pascasarjana di University of California, Los Angeles. Sanghi tewas terbakar ketika bereksperimen dengan zat mudah terbakar bernama t-Butyllithium.

Banyak mahasiswa pascasarjana yang sering mengalami kecelakaan di laboratorium. Kecelakaan ini sering disebabkan karena bahan kimia yang mudah terbakar ataupun yang beracun. Bahkan kandungan magnetik yang dimiliki MRI, scanner pengukur aktivitas otak, berisiko menarik benda-benda logam yang membahayakan teknisi laboratorium.

Pemburu badai

Ketika orang-orang berlari menjauhi badai, para pemburu badai justru mendekati badai tersebut untuk menempatkan sensor angin dan tekanan sedekat mungkin. Namun, memburu tornado adalah pekerjaan yang berbahaya.

Pada bulan Mei 2013, seorang pemburu badai berpengalaman bernama Tim Samaras tewas bersama anak dan pengejar badai lainnya saat mengejar tornado di El Reno, Okla.

"Tornado tersebut adalah tornado pertama yang saya hindari. Saya telah melihat ratusan badai dalam karier saya, tetapi tornado tersebut adalah monster," ungkap Tony Laubach, seorang ahli meteorologi di DeSoto, Illinois.

Meskipun begitu, ternyata ada bahaya lain yang mengincar para pemburu badai, yakni petir. Laubach mengungkapkan bahwa petir jauh lebih mematikan karena menyerang secara acak. Bahkan ketika petir menyambar benda di dekat seseorang, efek setrum akan dapat dirasakan oleh orang tersebut.

Ahli fisiologi buaya

Seorang ahli fisiologi buaya akan menghadapi bahaya yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh orang lain. Roger Seymour, salah satu ahli fisiologi tanaman dan hewan dari University of Adelaide di Australia, berhasil menangkap seekor buaya pada tahun 1980-an.

Pada tengah malam, Seymour dan timnya pergi ke sebuah perairan yang dipenuhi buaya. Mereka kemudian melempar dan melingkarkan tali ke tubuh buaya. Buaya akan berjuang hingga kelelahan sebelum Seymour menariknya ke daratan.

Buaya yang tertangkap akan diteliti. Setelah para peneliti selesai melakukan penelitian, mereka biasanya akan menggiring buaya kembali ke air. Namun, tidak jarang buaya akan kembali ke daratan untuk mencari makan dan menuju ke kamp peneliti.

"Pekerjaan ini bukan untuk pengecut," ujar Seymour.
(Dyah Arum Narwastu/Kompas.com)


View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar