Minggu, 25 Agustus 2013

Thomas Djamaluddin Raih LIPI Award


JAKARTA, KOMPAS.com — Penghargaan Sarwono Prawirohardjo atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Award ke-12 yang diberikan dalam rangka ulang tahun ke-46 LIPI jatuh kepada peneliti astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin.

Thomas yang merupakan doktor dari Kyoto University, Jepang, dikenal sebagai peneliti yang banyak bicara tentang isu keantariksaan, mulai fenomena astronomi seperti gerhana, misi antariksa, cuaca antariksa seperti badai Matahari, hingga hisab dan rukyat dalam kaitannya dengan penentuan hari raya umat Islam.

Penghargaan kepada Thomas diberikan di Gedung LIPI, Jumat (13/8/2013). Hadir dalam pemberian penghargaan adalah Kepala LIPI, Lukman Hakim, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan yang memberikan memorial lecture serta sejumlah peneliti.

Kepala LIPI dalam sambutannya menyebut bahwa Thomas adalah peneliti yang telah menunjukkan prestasi dan pengabdian untuk mengembangkan dan memasyarakatkan ilmu pengetahuan. Kontribusi Thomas dinilai sangat signifikan.

"Beliau sangat aktif memberikan advokasi saintifik yang sangat berharga bagi pemerintah dan masyarakat tentang metode penggunaan penanggalan qamariah untuk menentukan tanggal-tanggal penting keagamaan seperti awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha," kata Lukman.

Lukman juga mengatakan bahwa Thomas juga ikut berperan aktif dalam Program Tafsir Ilmu kerja sama antara Kementerian Agama dan LIPI. Program ini menghasilkan buku tentang tanah dan air, laut, serta tentu saja angkasa.

Thomas tertarik terhadap astronomi sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Ia kemudian menekuni bidang tersebut semasa kuliah dan akhirnya mulai bekerja sebagai peneliti di LAPAN pada tahun 1984.

Dalam orasi saat menerima penghargaan, ia menyebut dirinya belum berperan besar. Namun, satu hal yang diakuinya adalah perannya dalam komunikasi sains lewat buku ataupun media sosial. Ia memandang bahwa ilmuwan harus mampu berperan nyata dalam pencerdasan masyarakat.


View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar